KAJIAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PASCA BENCANA GEMPA DAN KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KECAMATAN RAWAN GIZI KOTA PADANG TAHUN 2010
Edmon, M.Husni Thamrin, Hasneli
(Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Padang)
ABSTRAK
Dari 226.819.986 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 39.2% adalah tergolong rawan pangan, sedangkan sumbar 30.52 %. Walau Sumbar berada sedikit lebih baik dari angka nasional, namun apabila dilihat dari jumlah penduduk yang termasuk golongan ini adalah tidak sedikit yaitu 1364546 jiwa. Data diatas menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 1364546 orang masyarakat Sumatera Barat yang memiliki ketersediaan pangan dibawah 90% Angka Kecukupan Gizi (1400-1800 Kal/kap/hari) tahun 2008. Di Kota Padang Gizi Kurang dan buruk menurut indeks BB/U adalah 13.3 % dan prevalensi status gizi per Kecamatan bervariasi dari 9.68% sampai dengan 26.53%. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pasca Bencana Gempa tahun 2009 dan kaitannya dengan Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Rawan Gizi Kota Padang.
Penelitian dilakukan di 6 Kecamatan Rawan Gizi Kota Padang tahun 2010, dengan menggunakan populasi semua rumah tangga yang memiliki Anak Balita, dengan cara pengambilan sampel menurut kaidah survey cepat yang dikembangkan oleh WHO. Penelitian ini menganilis 450 sampel. Data dikumpulkan oleh ahli gizi, kemudian diolah dengan menggunakan sofwer program WHO 2005 gizi dan SPSS mencakup hasil analisis univariat dan bivariat.
Berdasarkan analisa univariat dan bivariat antar ketahanan pangan dengan status gizi diperoleh hasil bahwa hanya 36.7 % dari keluarga dalam penelitian ini yang tergolong Tahan Pangan. Baik ditinjau dari akses untuk mendapatkan pangan, kecukupan dan ketersediaan, kontinuitas ketersediaan pangan secara umum belum bisa menjamin ketersediaan pangan keluarga. Sebanyak 16.3 % Anak balita memiliki berat badan kurang dan sangat kurang dan 1.6% memiliki berat badan sangat kurang (Status gizi buruk). Sebanyak 23.3% Keluarga memiliki status gizi pendek dan sangat pendek, Hasil analisis dengan Chi-square test, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara ketahanan pangan dengan status gizi Anak Balita dengan menggunakan indeks BB/U maupun BB/TB. Walaupun hubungan kedua variabel ini tidak signifikan tetapi kelihatan ada kecendrungan dengan ketahanan pangan lebih baik terlihat distribusi status gizi lebih banyak yang normal.
Sesuai dengan hasil penelitian ini, perlu perhatian pemerintah baik Dinas Kesehatan maupun sektor terkait dalam memudahkan akses keluarga (Rumah Tangga) dengan sumber pangan, meningkatkan sosialisasi terhadap semua faktor Ketahanan Pangan, serta memelihara dan meningkatkan status gizi Anak Balita dengan meningkatkan kuantitas maupun kualitas program gizi.
ABSTRACT
Of the 226,819,986 total population of Indonesia as much as 39.2% are classified as food insecurity, while boast 30.52%. Although Sumatra are slightly better than the national figure, but when seen from the number of people included in this group is not the least of 1364546 inhabitants. The data above show that there are as many as 1364546 West Sumatran community of people who have food availability rate below 90% Adequacy of Nutrition (1400-1800 Cal / cap / day) in 2008. In the city of Padang Malnourished and poorly according to the index weight / age was 13.3% and the prevalence of nutritional status per district varies from 9.68% to 26.53%. The purpose of this study was to obtain information on Household Food Security in 2009 Earthquake Post-Disaster and its relation to the Status of Nutrition in Childhood Nutritional Padang District. The study was conducted in 6 Districts Nutritional Padang in 2010, using the population of all households with children under five, by taking quick survey sample according to rules developed by the WHO. This study menganilis 450 samples. Data were collected by nutritionists, and then processed by using WHO 2005 sofwer nutrition programs and SPSS include the results of univariate and bivariate analysis. Based on univariate and bivariate analysis between food security and nutritional status showed that only 36.7% of families in this study belonging to Hold Food. Both in terms of access to food, adequacy and availability, continuity of availability of food in general can not guarantee the availability of family food. As many as 16.3% children under five have less weight and is very less and 1.6% had a body weight is very less (poor nutritional status). A total of 23.3% families have the nutritional status of short and very short, results of the analysis with Chi-square test, showed that no significant relationship between food security and nutritional status Childhood by using the index weight / age or weight / height. Although relations between the two variables are not significant but it seems there is a tendency to better food security status of nutrient distribution looks more normal. In accordance with these results, it needs the attention of both government and sekteor Health Department involved in the easy access to the family (household) with food sources, increase the socialization of all the factors of Food Security, and maintain and improve the nutritional status of children under five by increasing the quantity and quality of nutrition program.
Dalam undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak menyatakan bahwa pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu tentang kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannnya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak. Seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, legislatif, swasta dan masyarakat bertanggung jawab dalam pemenuhan hak-hak tersebut. Berbagai penelitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. Menurut WHO diperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek.
Usia balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini ataupun masa selanjutnya, apalagi ini terjadi pada kondisi bencana seperti kejadian gempa di Sumatera Barat, khususnya kota padang.
Berdasarkan hasil survey Riskesdas 2007 secara Nasional Status gizi kurang pada anak balita adalah 13% dan status gizi buruk 5,4%. Dinas Kesehatan Sumatera Barat tahun 2009 melaporkan gizi kurang adalah 13.1% dan gizi buruk 4%, dan yang pendek sebanyak 19,4 %, sedangkan di Kota Padang Gizi Kurang dan buruk menurut indeks BB/U adalah 13.3 % dan prevalensi status gizi per kecamatan bervariasi dari 9.68% sampai dengan 26.53%. Walaupun prevalensi status gizi di Sumatera Barat umumnya dan Kota Padang khususnya tidak terlalu menyolok dibandingkan dengan wilayah lain, namun yang perlu ditelaah adalah bagaimana kita bisa mempertahankan dan mencegah munculnya kasus baru dan meningkatkan status gizi balita secara keseluruhan dimasa yang akan datang.
Banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian status gizi masyarakat baik faktor langsung maupun tidak langsung diantaranya adalah Ketahanan Pangan. Ketahanan pangan dapat dipandang sebagai Tersedianya pangan yang cukup, aman, dan merata (di wilayah dan rumah tangga), Kemampuan memperoleh pangan (akses) dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan hukum dan dapat diterima secara sosial budaya dan Kemampuan memanfaatkan ketersediaan pangan sesuai dengan pedoman gizi seimbang (Ahmat Suyana, Materi Kongres Persagi XIV di Surabaya, 2009).
Ketahanan pangan rumah tangga mempunyai peranan yang sangat penting yang harus diperhatikan dalam mempertahankan dan meningkatkan status gizi masyarakat khususnya anak balita yang merupakan salah satu golongan rawan gizi.
Indikator ketahanan pangan dapat dilihat dari ketersediaan pangan yang diukur dari Kkal/Kap/hari. Laporan dari Badan Ketahanan Pangan Nasional tahun 2008 menunjukkan secara nasional realisasi ketersediaan pangan konsumsi energi dan protein walau lebih tinggi dari rekomendasi para pakar pangan (WNPG 2004), tetapi secara wilayah dan tingkat rumah tangga masih terjadi kerawanan pangan.
Dari 226.819.986 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 39.2% adalah tergolong rawan pangan, sedangkan sumbar 30.52 %. Walau Sumbar berada sedikit lebih baik dari angka nasional, namun apabila dilihat dari jumlah penduduk yang termasuk golongan ini adalah tidak sedikit yaitu 1364546 jiwa. Data diatas menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 1364546 orang masyarakat Sumatera Barat yang memiliki ketersediaan pangan dibawah 90% Angka Kecukupan Gizi (1400-1800 Kal/kap/hari) tahun 2008.
Bencana yang menimpa Sumatera Barat , Kota Padang khususnya mungkin telah merubah tatanan kehidupan masyarakat terutama : Mata pencaharian, Lingkungan, social budaya, politik dan termasuk kondisi Ketersediaan Pangan Rumah Tangga yang secara teori berpengaruh pada status kesehatan masyarakat khususnya status gizi anak balita. DKK Padang melaporkan belum ada data mengenai ketahanan pangan setelah kejadian bencana gempa, pada hal data ini sangat penting dalam rangka mencari solusi meningkatkan status gizi masyarakat Kota Padang, apalagi di Kota Padang terdapat 6 dari 11 Kecamatan adalah termasuk wilayah kecamatan rawan gizi yang sangat berpotensi munculnya masalah gizi yang perlu diprioritaskan.
Di Kota Padang sebagaimana dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kota Padang terdapat 6 Kecamatan rawan gizi yaitu : Kecamatan Koto Tangah, Padang Selatan, Padang Barat, Lubuak Begalung, Lubuk Kilangan dan Kec. Kuranji.(DKK Padang, tahun 2009) Dapat dipahami bahwa diwilayah ini rentan terjadi kerawanan pangan, apalagi dikaitkan dengan kejadian bencana baru lalu. Walau tidak terjadi perubahan yang signifikan dalam hal status gizi anak balita sebelum dan sesudah bencana, namun kita tetap waspada, dan kita tidak tahu apakah kondisi ini hanya sebagai dampak penanggulangan tanggap darurat yang relatif cepat, atau hanya hiburan sesaat dalam batas waktu yang singkat ?
Berdasarkan uraian di atas dan dilatarbelakangi oleh prevalensi status gizi kurang maupun buruk yang masih tinggi di Sumatera Barat khususnya Kota Padang serta terjadinya bencana gempa yang terjadi maka diperlukan adanya suatu Kajian bagaimanakah KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PASCA BENCANA GEMPA DAN KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KECAMATAN RAWAN GIZI KOTA PADANG TAHUN 2010.
METODE
Penelitian ini adalah penelitian obseservasional yang bersifat analitik dengan desain Cross Sectional yang dilakukan dengan menganalisa ketahanan pangan Rumah Tangga pasca bencana gempa 30 September 2009 dan keterkaitannya dengan status gizi anak balita di 6 Kecamatan Rawan Gizi Kota Padang tahun 2010. Penelitian dilaksanakan selama 8 bulan dari bulan Mei sampai dengan Desember 2010 dan bertempat di 6 Kecamatan Rawan Gizi di Kota Padang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Rumah Tangga yang memiliki Anak Balita di Wilayah Kecamatan Rawan Gizi tahun 2009. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan metoda Multi stage Random Sampling, sedangkan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan kaidah survey cepat yang dikembangkan WHO. Data yang dikumpulkan diolah melalui tahap editing, coding, entri dan cleaning, selanjutnya dilakukan analis data. Analisis data diawali dengan analisis univariat untuk masing-masing variabel sehingga didapatkan informasi sebaran data, dan distribusi frekuensi masing-masing variabel. Kemudian dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan kedua variabel indipenden dan dipenden.
HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN LOKASI DAN SAMPEL
1. Gambaran Lokasi Penelitian dan Sampel
Penelitian telah dilakukan di Wilayah Kota Padang khususnya dipilih wilayah Kecamatan Rawan Pangan sesuai dengan Kriteria Dinas Kesehatan Kota Padang, yaitu daerah yang diidentifikasi yang Anak Balitanya banyak mengalami kekurangan gizi. Adapun daerah yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel .4
Tabel. 1
Lokasi Penelitian menurut Kecamatan
dan Kelurahan
No | Kecamatan | Kelurahan | Jumlah Sampel |
1 | Lubuk Kilangan | Koto Ilalang | 70 |
2 | Padang Selatan | Cendana Mata Air | 72 |
3 | Kuranji | Sungai sapih | 79 |
4 | Lubuk Begalung | Cengkeh | 78 |
5 | Padang barat | Purus | 80 |
6 | Koto Tangah | Tunggul Hitam | 71 |
Jumlah | 450 |
B. Karakteristik
1. Pendidikan Kepala Keluarga dan Ibu Rumah Tangga
Tabel. 2
Distribusi Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga
dan Ibu Rumah Tangga
Tingkat Pendidikan | Kepala Keluarga | Ibu RT | ||
n | % | n | % | |
Tidak Sekolah | 2 | 0.4 | 3 | 0.7 |
Tamat/Tidak Tamat SD | 47 | 10.4 | 40 | 8.9 |
SLTP | 83 | 18.4 | 85 | 18.9 |
SLTA | 268 | 59.6 | 258 | 57.3 |
PT | 50 | 12.2 | 64 | 14.2 |
Jumlah | 450 | 100 | 450 | 100 |
Sebagian besar Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga (59.6%) maupun Ibu Rumah Tangga (57.3 %) adalah SLTA.
2. Pekerjaan
Mayoritas Kepala Keluarga (KK) bekerja sebagai pegawai Swasta yaitu 44.9 %, berwiraswasta 19.3%, sebanyak 9.3% PNS, dan yang tidak bekerja sebanyak 9,7% secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah.
Tabel. 3
Distribusi Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga
Jenis Pekerjaan | Kepala Keluarga(KK) | |
n | % | |
Tidak Bekerja | 43 | 9.7 |
PNS | 42 | 9.3 |
Swasta | 202 | 44.9 |
Wiraswasta | 87 | 19.3 |
Tani | 15 | 3.3 |
Dagang | 10 | 2.2 |
Sopir dan Tk.Ojek | 51 | 11.3 |
Jumlah | 450 | 100 |
3. Tingkat Ekonomi Keluarga
Pendapatan keluarga dihitung berdasarkan total pengeluaran untuk pangan dan non pangan dibagi dengan jumlah anggota Keluarga. Rata-rata pengeluaran sebanyak Rp. 342.760, pengeluaran yang paling tinggi adalah Rp.2.649750. Setelah diklasifikasikan berdasarkan proporsi pengeluaran untuk konsumsi diperoleh hasil bahwa yang termasuk katagori kaya adalah 25.8%, dan miskin adalah sebanyak 74,2%.(>= 60% pengeluaran untuk konsumsi termasuk miskin )
C. Hasil Penelitian
1. Ketahanan Pangan Pasca Bencana di Kecamatan Rawan Gizi Kota Padang 2010
Ketahanan Pangan adalah merupakan gabungan dari beberapa elemen /faktor yaitu akses keluarga terhadap pangan, kecukupan dan ketersediaan pangan, dan kontinueitas konsumsi pangan (sumber kalori dan protein hewani / nabti ) yang menjamin tersedianya pangan yang siap untuk dikonsumsi keluarga. Penelitian ini mendapatkan informasi tentang distribusi per item pertanyaan tentang faktor-faktor Ketahanan pangan diatas sebagai berikut :
a. Akses Keluarga Untuk Mendapatkan Pangan
Berdasarkan analisa terhadap pertanyaan tentang akses keluarga terhadap pangan dapat ditunjukkan oleh tabel 7 dibawah ini.
Tabel. 4
Akses Keluarga Untuk Mendapatkan Pangan
No | Akses Keluarga Terhadap Pangan | Katagori | n | % |
1 | Tempat belanja pangan keluarga | Pasar | 165 | 36.7 |
Warung | 285 | 63.3 | ||
2 | Jarak rumah keluarga dengan sumber pangan | >= 1000 M | 142 | 32 |
< 1000 M | 308 | 68 | ||
3 | Tingkat ketersediaan pangan di tempat belanja | Tersedia | 361 | 80.2 |
Kadang Tersedia | 89 | 19.8 | ||
4 | Frekuensi belanja keluarga terhadap bahan pangan | Setiap hari | 308 | 68.4 |
1 kali seminggu | 40 | 8.9 | ||
2-3 kali seminggu | 74 | 16.5 | ||
>= sebulan | 28 | 6.2 | ||
5 | Tingkat kemudahan/kesulian dalam mendapatkan pangan | Tidak sulit/mudah | 387 | 86.0 |
Agak sulit | 16 | 3.6 | ||
Sulit | 47 | 10.4 | ||
6 | Kepemilikan lahan pertanian | Ada lahan pertanian | 35 | 7.8 |
Tidak ada lahan pertanian | 415 | 92.2 | ||
7 | Kepemilikan ternak (ayam,sapi,ikan, dll ) | Ada ternak | 69 | 15.3 |
Tidak ada ternak | 381 | 84.7 | ||
| Jumlah | 450 | 100 % |
Tabel 7 menjelaskan bahwa sebanyak 285 Rumah Tangga (63.3%) keluarga berbelanja pangan di Warung ,dengan jarak rata-rata 1000 M, Hampir sepertiga (32%) keluarga membeli bahan pangan dengan jarak >= 1000 M (1Km). Mayoritas keluarga (80.2%) mengatakan makanan tersedia di Pasar ataupun di warung dengan frekuensi belanja paling banyak setiap hari (68.4%), Hampir semua (86%) Keluarga mengatakan tidak sulit/ untuk mendapatkan pangan dan sebanyak 10.4 % mengatakan sulit untuk mendapatkan pangan. Sebanyak 92.2% tidak memiliki lahan pertanian dan sebanyak 84% keluarga tidak memiliki binatatang ternak di rumah sebagai cadangan pangan untuk dikonsumsi.
b. Kecukupan dan Ketersediaan Pangan Berdasarkan Kaidah Gizi Seimbang
Tabel. 5
Distribusi Kecukupan dan Ketersediaan Pangan Berdasarkan Kaidah Gizi Seimbang yang bisa menjamin Ketahanan Pangan
N0 | Kecukupan dan Ketersediaan pangan berdasarkan kaidah gizi seimbang | Katagori | n | % |
1. | Tingkat kelengkapan zat gizi yang dibeli | 1(satu) sumber zat gizi | 20 | 4.4 |
2(dua) sumber zat gizi | 7 | 1.6 | ||
3 (tiga) sumber zat gizi | 17 | 3.8 | ||
4(empat) sumber zat gizi (sumber kalori,protein hewani, protein nabati, dan vit /mineral | 406 | 90.2 | ||
Seminggu | 85 | 18.9 | ||
Lebih dari seminggu | 62 | 13.8 | ||
3 | Penggunaan lahan pertanian untuk menghasilkan pangan (khusus bagi yang memiliki) | Memanfaatkan lahan | 25 | 71.4 |
Tidak memanfaatkan | 10 | 28.6 | ||
4 | Penggunaan hasil produksi pertanian untuk dijual dan atau dipakai sendiri | Dipakai sendiri | 13 | 37.1 |
Dijual dan pakai sendiri | 16 | 45.7 | ||
Dijual | 6 | 17.2 | ||
5 | Ketersediaan sumber lauk pauk setiap hari | Tersedia | 424 | 94.2 |
Kadang-kadang tersedia | 26 | 5.8 | ||
6 | Ketersediaan sumber Sayuran setiap hari | Tersedia sayuran | 344 | 76.4 |
Tidak tersedia sayuran | 106 | 23.6 | ||
7 | Ketersediaan atau memiliki simpanan cadangan pangan lengkap setiap hari | Memiliki cadangan | 271 | 60.2 |
Tidak memiliki cadangan pangan setiap hari | 179 | 39.8 | ||
8 | Tempat penyimpanan cadangan pangan | Lemari Es atau Kulkas | 217 | 48.2 |
Lemari makanan | 45 | 10 | ||
Tidak memiliki tempat penyimpanan | 188 | 41.8 | ||
| Jumlah | 450 | 100 |
Tabel 8. Menunjukkan bahwa hampir semua keluarga (90.2%) membeli lengkap sumber kalori,protein, mineral dan vitamin, sebanyak 67.3% cadangan tersedia untuk satu hari makan dan hanya 13% tersedia untuk seminggu. Bagi keluarga yang memiliki lahan pertanian ternyata sebagian besar keluarga memanfaatkan untuk produksi pangan ,sebanyak 45.7% hasil pangan untuk dijual dan dipakai sendiri, dan sebanyak 17.2% hanya untuk dijual.Sumber lauk pauk sebanyak 94.2 % tersedia setiap hari dan sebanyak 5.8% tidak tersedia setiap hari, sedangkan untuk sayur-sayuran sebanyak 76.4% tersedia setiap hari. Hanya 60.2% keluarga yang memiliki cadangan lengkap setiap hari, sebanyak 58% keluarga memiliki tempat penyimpanan pangan yaitu kulkas dan lemari makanan.
c. Kontinuietas (konsumsi sumber kalori, protein hewani dan nabati dan sayuran menurut waktu )
Yang dimaksud kontinue dalam mengkonsumsi pangan adalah apabila selalu mengkonsumsi sumber kalori (beras), lauk pauk/protein hewani dan nabati). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 86% keluarga mengkonsumsi sumber kalori (beras), dan lauk pauk (protein hewani / nabati), dan sebanyak 13.6% tidak kontinue (kadang-kadang ), serta hanya 0.2% yang tidak kontinue (hanya salah satu sumber zat gizi yang dikonsumsi) secara rutin.
1) Kecukupan konsumsi zat gizi berdasarkan konsumsi rata-rata Kalori dan Protein.
Konsumsi Kalori dan protein didapatkan dengan cara menanyakan konsumsi keluarga selama 1 hari (24 jam yang lalu), Makanan yang dimasak keluarga dan makanan yang dibeli dan dikonsumsi keluarga selama 1 (satu ) hari dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Hasil analisis data menadapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel. 6
Tingkat Konsumsi Kalori dan Protein rata-rata Individu
dalam Rumah Tangga
Konsumsi Zat Gizi Rata-Rata (Individu) | Katagori | n | % |
Kalori | >= 1800 Kalori (>= 90% AKG ) | 209 | 46.4 |
< 1800 kalori (<90% AKG) | 241 | 53.6 | |
Protein | >= 46.8 gram (>= 90% AKG) | 256 | 56.9 |
< 46.8 gram (<90% AKG) | 194 | 43.1 | |
Total | 450 | 100 |
Dari data Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebanyak 46.4% keluarga tergolong memiliki konsumsi rata-rata diatas 90% AKG 2004, dan 56.9 % keluarga yang memiliki anak balita memiliki konsumsi rata-rata protein diatas 90% AKG.
2) Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Ketahanan rumah tangga adalah komulasi dari semua faktor ketahanan pangan (a, b, c, dan faktor c diatas (konsumsi Kalori) yang diskor dan diklasifikasikasikan menurut tingkatannya sebagai berikut:
Tabel. 7
Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga | n | % |
Tahan Pangan | 165 | 36.7 |
Ketahanan Pangan Kurang | 267 | 59.3 |
Tidak tahan Pangan | 18 | 4 |
Total | 450 | 100 |
Hanya 36.7 % dari keluarga dalam penelitian ini yang tergolong tahan pangan dan sebanyak 63,3% keluarga termasuk katagori kurang dan tidak tahan pangan.
3) Status Gizi Anak Balita
Status gizi Anak Balita yang digunakan adalah Status Gizi menggunakan Indeks BB/U, dan TB/U dengan hasil sebagai terlihat dalam Tabel berikut :
Tabel. 8
Status gizi Anak Balita (BB/U) Pasca Gempa Tahun 2009 di 6 Kecamatan Rawan Gizi Kota Padang
Status Gizi Anak Balita | n | % |
Normal (Berat Badan Normal ) | 369 | 82.0 |
Kurang (Berat Badan Kurang ) | 66 | 14.7 |
Buruk ( Berat Badan Sangat Kurang ) | 7 | 1.6 |
Lebih (Berat Badan Lebih) | 8 | .8 |
Total | 450 | 100 |
Sebanyak 16.3 % Anak balita memiliki berat badan kurang dan sangat kurang dan 1.6% diantaranya adalah termasuk katagori berat badan sangat kurang ( Status gizi buruk)
Tabel. 9
Status gizi Anak Balita (TB/U) Pasca Gempa Tahun 2009 di 6 Kecamatan Rawan Gizi Kota Padang
Status Gizi Anak Balita (TB/U) | n | % |
Normal | 345 | 76.7 |
Pendek dan Sangat Pendek | 105 | 23.3 |
Total | 450 | 100 |
Sebanyak 23.3% Keluarga memiliki status gizi pendek dan sangat pendek